Rabu, 03 April 2013

REFLEKSI DALAM RANGKA TB DAY: "TB sebagai Global Public Health Emergency"

Selama ini tanggal 24 Maret diperingati sebagai “TB day” karena pada tanggal 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil studi mengenai penyebab Tuberculosis yang ditemukannya. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi global yang sangat memprihatinkan dan merupakan penyakit yang menginfeksi sekitar 20–33% penduduk dunia. WHO memperkirakan 2 miliar penduduk dunia menderita TB laten dan sekitar 3 juta penduduk meninggal tiap tahunnya akibat penyakit ini. Peningkatan rata–rata penyakit TB mencapai 2,4% per tahun dan diperkirakan akan terus meningkat. Oleh sebab itu, mulai tahun 1993 WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan global (global public health emergency). Apa sebenarnya TB?, catatan singkat ini barangkali bisa menambah informasi bagi kita semua akan penyakit yang di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit infeksi saluran pernapasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi.

Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yang dikenal dengan Mycobacterium Tuberculosis. Kuman ini ditemukan pertama kali pada tahun 1882 oleh Robert Koch. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Morfologi dan Sifat Kuman Tuberkulosis
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3–0,6 mm dan panjang 1–4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak/lipid cukup tinggi (60%). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob dimana kuman ini lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.

Cara Penularan
Tuberkulosis tergolong airborne disease yakni penularan melalui droplet nuclei (percikan dahak) yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi atau penderita TBC BTA positif dalam fase aktif. Setiap kali penderita ini batuk atau bersin dapat mengeluarkan sekitas 3000 droplet nuclei. Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh yang lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh yang lainnya.

Resiko menjadi sakit Tuberkulosis
Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB. Dengan arti 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas system daya tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta (oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

Komplikasi pada Penderita Tuberkulosis
Komplikasi sering terjadi pada penderita stadium lanjut meliputi: 1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial, 3) Bronkhiektasis (pelebaran bronkhus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru, 4) Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan; kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru, 5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya, 6) Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiiency).

Upaya Penanggulangan TB
Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Strategi ini dikembangkan dari berbagi studi, uji coba klinik (clinical trials), pengalaman-pengalaman terbaik (best practices), dan hasil implementasi program penanggulangan TB selama lebih dari dua dekade. Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat menekan penularan, juga mencegah berkembangnya MDR-TB. Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demikian menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB. Demikian informasi singkat ini semoga menambah pengetahuan kita bersama mengenai penyakit TB (SA).


Penulis:
                                     Sulistyo Andarmoyo, S. Kep., Ners., M. Kes
                                                        1Wakil Dekan FIK Universitas Muhammadiyah Ponorogo
2Team Peneliti Community TB Care Aisyiyah (Develop Community-Based TB Control Trough Community Empowering)
  3Artikel pernah dipublikasikan di Koran Jurnal Edisi 155: tanggal 20-26 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar