Masih
ingat kejadian 2 tahun yang lalu, ya… saat itu Ponorogo dikepung wabah Demam
Berdarah. Data menunjukkan bahwa pada tahun tersebut 13 dari 15 kecamatan yang
ada dinyatakan endemis Demam Berdarah. Pada pertengahan bulan Januari 2010 saja
tercatat 92 penderita dirawat di rumah sakit dan setidaknya ada 1 pasien yang
dinyatakan meninggal (yang tercatat). Kasus ini meningkat hampir 50% dibandingkan data pada bulan
sebelumnya di bulan Desember 2009. Hampir semua lorong-lorong rumah sakit saat itu dipenuhi
penderita Demam Berdarah karena memang ruangan sudah tidak mampu lagi
menampungnya, belum lagi yang dirawat di beberapa puskesmas yang tersebar di seluruh
Ponorogo. Apa sebenarnya demam berdarah? Kenapa hampir setiap datang musim
penghujan menjadi kasus yang mewabah? Dan apa yang perlu kita perbuat agar
Demam Berdarah tidak lagi mewabah? Inilah yang perlu kita renungkan, karena ancaman
itu sudah ada di depan mata.
Penyakit demam berdarah
adalah penyakit menular yang sering menimbulkan wabah terutama pada musim
penghujan. Penyakit ini disebabkan oleh virus
dengue melalui perantara nyamuk yang
dikenal dengan aedes aegypti. Nyamuk
ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam dan belang-belang
(loreng) putih pada seluruh tubuhnya, berkembangbiak di Tempat Penampungan Air (TPA)
dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang, seperti: bak mandi/WC,
tempayan, drum, tempat minum burung, vas bunga, pot tanaman air, kaleng, ban
bekas, botol plastik yang dibuang disembarang tempat, dsb. Ciri khas lainnya biasanya
nyamuk ini hanya akan menggigit
(menghisap darah) manusia pada pagi hari
hingga sore hari.
Penyakit demam berdarah
ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti
betina, nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu
menggigit/menghisap darah orang yang sakit demam berdarah atau tidak sakit
tetapi dalam darahnya terdapat virus dengue.
Orang yang mengandung virus dengue
tetapi tidak sakit, dapat pergi kemana-mana dan menularkan virus itu kepada
orang lain ditempat yang ada nyamuk aedes
aegypti. Virus dengue yang
terhisap akan berkembangbiak dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termasuk
kelenjar liurnya. Bila nyamuk tersebut
menggigit/menghisap darah orang lain, maka virus itu akan dipindahkan bersama
air liur nyamuk. Bila orang yang ditularkan itu tidak mempunyai kekebalan (biasanya
anak-anak) maka ia akan menderita demam berdarah. Nyamuk aedes aegypti yang sudah mengandung virus dengue, seumur hidupnya dapat menularkan kepada orang lain.
Seseorang yang terinfeksi
Demam Berdarah akan memiliki tanda dan
gejala penyakit sebagai berikut: mendadak panas tinggi selama 2–7 hari
dengan kisaran suhu badan antara 380–400 C atau lebih,
tampak lemah dan lesu, biasanya akan
muncul bintik-bintik merah pada kulit, seperti bekas gigitan nyamuk
disebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler
di kulit, kadang-kadang terjadi perdarahan (mimisan), mungkin juga terjadi muntah darah atau berak darah, dan nyeri ulu hati karena terjadi
perdarahan di lambung. Bila sudah
parah, penderita akan menjadi gelisah, ujung tangan dan kaki berkeringat dingin,
dan bila tidak segera mendapatkan pertolongan dalam 2-3 hari penderita dapat
meninggal dunia.
Prinsip pencegahan Demam Berdarah adalah pengendalian vektornya dalam hal
ini adalah jentik-jentik nyamuk aedes aegypti dengan cara “3 M Plus” (menguras,
menutup, mengubur dan plus pemberian bubuk abate). Upaya ini merupakan cara
terbaik, ampuh, murah dan dapat di lakukan oleh sebagian besar masyarakat.
Upaya ini bisa dijalankan dengan jalan membersihkan penyimpanan air (bak mandi,
WC, drum, dll) sekurang-kurangnya seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mengubur
atau membuang pada tempatnya barang-barang bekas, seperti kaleng bekas, ban
bekas, botol-botol pecah, dll yang dapat menampung air hujan, menutup
lubang-lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semen, melipat
pakaian yang bergantungan dalam kamar, dan untuk tempat-tempat air yang tidak
mungkin untuk di kuras maka perlu penaburan bubuk abate yang lebih dikenal dengan
”abatisasi” (SA).
Penulis:
Sulistyo
Andarmoyo, S. Kep., Ns., M. Kes
1Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Ponorogo
2Artikel pernah dipublikasikan di Koran Jurnal
Edisi 157: Tanggal 3-9 April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar