Momentum peringatan hari AIDS sedunia tanggal 1 Desember menjadi
sebuah alarm peringatan bagi kita semua akan bom waktu penyakit yang bernama
HIV-AIDS. Pasalnya penyakit yang sangat mematikan dan telah menjadi pandemi di
dunia ini kian hari kian meningkat angka kejadiannya. Di Indonesia jumlah kasus
HIV-AIDS dalam lima tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun
2009, jumlah penderita HIV mencapai 9.793 dan AIDS 3.863. Angka ini meningkat
pada tahun 2010 dengan penderita HIV 21.591 dan AIDS 5.744. Kemudian pada tahun
2011 penderita HIV menjadi 21.031 dan AIDS 4.162. Pada tahun 2012 pada periode
1 Januari-30 Juni 2012 saja sudah tercatat sebanyak 9.883 kasus HIV dan 2.224
kasus AIDS.
Semakin meningkatnya kasus HIV-AIDS tidak bisa dilepaskan dari
maraknya perilaku beresiko yaitu seks bebas dan penggunaan narkoba. Sebagaimana
dilansir Kemenkes penularan kasus AIDS tertinggi terjadi melalui heteroseksual
(49,7%), selanjutnya melalui pengguna NAPZA suntik/Penasun (40,7%), dan
homoseksual (3,4%).
Bahaya akan lahirnya generasi HIV-AIDS tergambar jelas di depan
mata. Tampak dari proporsi terbesar penderita HIV-AIDS pada
kelompok umur 20-29 tahun (46,0%), disusul kelompok umur 30-39 tahun
(31,4%), kelompok umur 40-49 tahun 10,2% dan kelompok umur 15-19 tahun 3,8% dimana
kelompok umur tersebut dapat dikategorikan kedalam kelompok usia produktif.
Sungguh suatu pemandangan yang ironis, bahwa sebagian besar pengidap
HIV/AIDS adalah generasi muda. Bila ini terjadi, maka ini menjadi sinyal dan peringatan
besar bagi bangsa ini yang sekaligus mengancam hancurnya
program investasi sumber daya manusia untuk mendukung pembangunan
mengingat pemuda memiliki peran sentral yang luar biasa dalam pembangunan. Ditangan
pemuda hari ini-lah letak kepemimpinan masa depan bangsa ini dipertaruhkan.
Bila pemuda telah dihinggapi oleh penyakit mematikan seperti HIV/AIDS, maka
petanda generasi muda kita dalam jurang kehancuran. Para pemuda ibarat ruh
dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok; baik itu dalam ruang lingkup kecil
ataupun luas seperti negara. Mereka merupakan motor penggerak akan kemajuan
sebuah negara.
Maraknya fenomena penyakit HIV/AIDS di kalangan generasi muda
tentunya menyadarkan semua pihak betapa pergaulan generasi muda/remaja
Indonesia membutuhkan perhatian serius. Dibutuhkan penanggulangan secara
terintregatif dengan melibatkan beberapa pelaku sentral didalamnya diantaranya:
1) peran keluarga dengan penanaman nilai, norma, moral, dan etika generasi muda
sehingga tidak terjerumus kedalam jurang yang menyesatkan, 2) peran media massa
dengan membatasi kemudahan akses informasi yang menyesatkan dan merugikan
generasi muda, 3) peran lembaga pendidikan; dengan jalan penanaman dan
pemberian kemudahan akses komunikasi, informasi dan edukasi yang bisa menambah
pengetahuan remaja/generasi muda dan 4) peran legitimasi hukum negara dimana
parlemen dituntut berfikir keras bagaimana melahirkan produk konstitusi yang
menjamin kesehatan anak Indonesia dari penyebaran HIV/AIDS. Sebab bagaimanapun
juga kesehatan pada usia produktif menjadi sektor strategis yang menjamin
eksistensi Indonesia sebagai sebuah bangsa di masa depan.
Penulis:
Sulistyo Andarmoyo, S. Kep., Ns., M. Kes
1Wakil
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo
2Artikel
pernah dipublikasikan di Seputar Ponorogo Edisi 46. 11-17 Desember 2012
dan Ponorogo Pos. Edisi
No. 564 Tahun XII 13-19 Desember 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar